RINGKASAN
Pada
saat ini jumlah kebutuhan daya listrik di Indonesia cenderung naik pesat.
Peningkatan kebutuhan daya listrik dapat diakibatkan oleh penambahan beban
baru, dapat juga disebabkan karena borosnya pemakaian daya listrik. Pemborosan
energi listrik harus dicegah, karena pasokan daya listrik PLN semakin terbatas.
Penghematan energi listrik dapat menguntungkan konsumen dan produsen.
Dengan
kemajuan teknologi saat ini, campur tangan manusia dalam operasional berusaha
dikurangi. Saklar otomatis akan dapat memudahkan operasional. Efektif dan
efisien untuk menghindari lampu yang menyala sia-sia tanpa ada aktifitas. Penelitian
ini mengambil topik tentang perancangan saklar otomatis untuk mengoperasikan
beban lampu penerangan suatu ruangan.
Tujuan
dari penelitian ini adalah membuat suatu sistem lampu otomatis untuk penerangan
ruangan berdasarkan keberadaan manusia dan dengan mempertimbangkan intensitas
cahaya pada ruangan tersebut untuk membantu penghematan penggunaan energi
listrik.
Perancangan
sistem yang akan dibuat ini dibagi menajdi 2 yaitu hardware dan software. Tubuh
manusia merupakan sumber panas yang memancarkan radiasi energi berupa sinar inframerah
yang mempunyai panjang gelombang 6,5
sampai 14 µm pada suhu lingkungan 27oC (300 K). Apabila manusia
bergerak maka akan terdapat perbedaan antara temperatur yang dipancarkan tubuh manusia
dengan temperatur lingkungan di sekitarnya.
Perubahan
temperatur ini dideteksi oleh sensor pyroelectric (PIR) yang peka terhadap
radiasi inframerah. Selain sensor pyroelectric (PIR), terdapat juga sensor
cahaya (LDR) yang akan memberikan informasi tentang intensitas cahaya di dalam
ruangan. Informasi ini nantinya akan digunakan oleh mikrokontroler untuk
mengambil keputusan perlu tidaknya lampu dihidupkan meskipun sensor
pyroelectric telah mendeteksi kehadiran seseorang di dalam ruangan.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sejalan dengan
perkembangan pembangunan, jumlah kebutuhan daya listrik di Indonesia cenderung
naik pesat. Peningkatan kebutuhan daya listrik dapat diakibatkan oleh
penambahan beban baru, dapat juga disebabkan karena borosnya pemakaian daya
listrik. Pemborosan energi listrik harus dicegah, karena pasokan daya listrik
PLN semakin terbatas. Penghematan energi listrik dapat menguntungkan konsumen
dan produsen.
Beban lampu penerangan
dalam suatu ruangan lazimnya dioperasikan secara manual oleh manusia. Dengan kemajuan
teknologi saat ini, campur tangan manusia dalam operasional berusaha dikurangi.
Saklar otomatis akan dapat memudahkan operasional. Efektif dan efisien untuk
menghindari lampu yang menyala sia-sia tanpa ada aktifitas. Tujuannya tak lain
untuk menghindari pemborosan energi listrik.
Penelitian ini
mengambil topik tentang perancangan saklar otomatis untuk mengoperasikan beban
lampu penerangan suatu ruangan. Saklar otomatis ini menggunakan masukan berupa
sensor kehadiran orang jenis passive infrared (PIR) dan sensor intensitas cahaya jenis light dependent resistor (LDR). PIR termasuk
sensor pyroelectric yang mempunyai respon sesaat ada perubahan panas. Sumber
panas diradiasikan dengan infra merah.
Tubuh manusia
menghasilkan energi panas yang diradiasikan dengan infra merah. Radiasi panas
tubuh manusia akan diterima sensor untuk respon masukan rangkaian. Rangkaian
lengkap terdiri dari passive
infrared sensor, lensa fresnel, rangkaian
utama, power supply, LDR dan beban lampu penerangan. Pada intinya PIR
dan LDR ini akan menjadi driver transistor.
Transistor yang berfungsi sebagai saklar elektronik yang akan memutus dan
menghubungkan beban lampu penerangan.
Lampu penerangan suatu
ruangan akan menyala sendiri apabila ada orang dalam ruangan tersebut dengan
intensitas cahaya redup, dan akan pada dengan sendirinya bila orang tersebut
keluar ruangan. Dengan kata lain sensor kehadiran orang dan sensor intensitas
cahaya ini akan diaplikasikan sebagai saklar otomatis.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
membuat suatu sistem lampu otomatis untuk penerangan ruangan berdasarkan
keberadaan manusia dan dengan mempertimbangkan intensitas cahaya pada ruangan
tersebut untuk membantu penghematan penggunaan energi listrik.
1.3 Pembatasan
Masalah
Batasan masalah dalam pembuatan sistem
perancangan lampu otomatis ini adalah sebagai berikut :
1.
Peralatan listrik yang digunakan sebagai
objek meliputi ruangan kelas, dosen dan lorong koridor.
2.
Peralatan listrik yang menjadi sasaran
utama adalah lampu penerangan ruangan.
3.
Ukuran dari sistem dibuat seminimal
mungkin agar dapat ditempatkan dalam suatu tempat yang tidak memakan banyak
ruang.
4.
Menggunakan dua buar sensor untuk
mengaktifasi dari peralatan listrik tersebut.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Penghematan Energi
Pada
masa sekarang ini energi yang ada telah berlimpah dan merupakan penyokong dari
kehidupan manusia. Tetapi ada tindakan manusia yang menghambur – hamburkan atau
melakukan pemborosan pada energi yang telah ada. Salah satunya adalah energi
listrik. Untuk mencegah pemborosan energi yang tidak terpakai ini saklar
otomatis merupakan solusi yang cukup tepat.
Dengan
menggunakan saklar otomatis penggunaan energi yang digunakan dapat terkontrol. Sebagai
contoh, bila seseorang lupa mematikan lampu penerangan 40 watt dalam ruangan
selama 5 jam, maka akan terjadi pemborosan energi listrik sebesar Dengan
penghematan satu lampu selama 5 jam dapat menghemat energi listrik sebesar 0,2
KWh atau 200 Wh. Bila suatu ruangan menggunakan puluhan lampu, maka akan lebih
banyak menghemat lagi. Penggunaan energi listrik tercatat dalam daya meter PLN.
Nilai tagihan rekening listrik dihitung dari Rp/KWh selama satu bulan.
2.2 Light Dependent
Resistor (LDR)
Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) adalah salah
satu jenis resistor yang dapat mengalami perubahan resistansinya apabila
mengalami perubahan penerimaan cahaya. Besarnya nilai hambatan pada Sensor
Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) tergantung pada besar kecilnya cahaya
yang diterima oleh LDR itu sendiri. LDR sering disebut dengan alat atau sensor
yang berupa resistor yang peka terhadap cahaya. Biasanya LDR terbuat dari
cadmium sulfida yaitu merupakan bahan semikonduktor yang resistansnya berubah-ubah
menurut banyaknya cahaya (sinar) yang mengenainya. Resistansi LDR pada tempat
yang gelap biasanya mencapai sekitar 10 MΩ, dan ditempat terang LDR mempunyai
resistansi yang turun menjadi sekitar 150 Ω. Seperti halnya resistor
konvensional, pemasangan LDR dalam suatu rangkaian sama persis seperti
pemasangan resistor biasa.
Sebuah
Foto-resistor atau LDR adalah komponen yang menggunakan foto-konductor di
antara dua pin-nya. Saat permukaannya terpapar cahaya akan terjadi perubahan
resistansi di antaranya.
Mekanisme
di balik Foto-resistor atau LDR adalah foto-konduktivitas, yaitu suatu
peristiwa perubahan nilai konduktansi bahan semikonduktor saat energi foton
dari cahaya diserap olehnya. Ketika digunakan sebagai Foto-resistor atau LDR,
bahan semikonduktor hanya digunakan sebagai elemen resistif dan tidak ada
koneksi PN-nya. Dengan demikian, Foto-resistor atau LDR adalah murni komponen
pasif.
2.3 Passive Infrared
Sensor
Sensor
gerak PIR (Passive Infra Red) adalah sensor yang berfungsi untuk pendeteksi gerakan yang bekerja dengan
cara mendeteksi adanya perbedaan/perubahan suhu sekarang dan sebelumnya. Sensor
gerak menggunakan modul pir
sangat simpel dan mudah diaplikasikan karena Modul PIR hanya membutuhkan tegangan input
DC 5V cukup efektif untuk mendeteksi gerakan hingga jarak 5 meter. Ketika tidak
mendeteksi gerakan, keluaran modul adalah LOW. Dan ketika mendeteksi
adanya gerakan, maka keluaran akan berubah menjadi HIGH. Adapun lebar pulsa HIGH adalah ±0,5 detik.
Sensitifitas Modul PIR yang mampu
mendeteksi adanya gerakan pada jarak 5 meter memungkinkan kita membuat suatu alat pendeteksi gerak dengan keberhasilan lebih besar.
Sensor ini biasanya digunakan dalam detektor gerakan. Karena
semua benda memancarakan energi radiasi, sebuah gerakan akan terdeteksi ketika
sumber infra merah dengan suhu tertentu misal manusia melewati sumber infra
merah yang lain dengan suhu yang berbeda misal dinding, makan sensor akan
membandingkan pancaran infra merah yang diterima setiap satuan waktu, sehingg
jika ada pergerakan maka akan terjadi perubahan pembacaan pada sensor. Sensor PIR
terdiri dari beberapa bagian yaitu Lensa Fresnel, Penyaring Infra Merah, Sensor
Pyroelek,Penguat Amplifier dan Komparator.
2.4 Relay
DI-Relay
1 adalah modul relay SPDT (single pole double throw) yang memiliki ketahanan
yang lebih baik terhadap arus dan tegangan yang besar, baik dalam bentuk AC
maupun DC. Sebagai electronic
switch yang dapat digunakan untuk
mengendalikan ON/OFF peralatan listrik berdaya besar.
Spesifikasi:
1. Menggunakan relay HKE HRS4H-S-DC5V.
2. Menggunakan tegangan rendah +5 volt sehingga
dapat langsung dihubungkan pada sistem mikrokontroler.
3. Tipe relay SPDT (single pole double throw): 1
common, 1 NC (normally close) dan 1 NO (normally open).
4. Memiliki daya tahan sampai dengan 10A.
5. Pin pengendali dapat dihubungkan dengan pin
mikroprosesor mana saja, sehingga membuat pemrogram dapat leluasa menentukan
pin mikrokontroler yang digunakan sebagai pengendalinya.
6. Dilengkapi rangkaian penggerak (driver) relay
dengan level tegangan TTL sehingga dapat langsung dikendalikan oleh
mikrokontroler.
7. Driver bertipe active high atau kumparan
relay akan aktif saat pin pengendali diberi logika 1.
8. Driver dilengkapi rangkaian peredam GGL
induksi sehingga tidak akan membuat reset sistem mikrokontroler.
2.5 Mikrokontroller
Raspberry Pi
Raspberry Pi (juga
dikenal sebagai RasPi)
adalah sebuah SBC (Single Board
Computer) seukuran kartu kredit yang
dikembangkan oleh Yayasan Raspberry Pi di
Inggris (UK) dengan maksud untuk memicu pengajaran ilmu komputer dasar di
sekolah-sekolah.
Raspberry Pi menggunakan system on a chip (SoC) dari Broadcom BCM2835, juga sudah termasuk prosesor
ARM1176JZF-S 700 MHz, GPU VideoCore IV dan RAM sebesar 256 MB (untuk Rev. B).
Tidak menggunakan hard disk, namun menggunakan SD Card untuk proses booting dan
penyimpanan data jangka-panjang. Pada saat awal tersedia dua versi, yang
harganya US$ 25 dan US$ 35. Yayasan tersebut mulai menerima pesanan untuk model
yang lebih tinggi harganya mulai 29 Februari 2012.
Yayasan tersebut juga
menyediakan distribusi Debian dan Arch Linux ARM untuk siap diunduh. Juga
disediakan beberapa tools untuk mendukung pemrograman bahasa utama Python,
yang mendukung BBC BASIC (menggunakan
tiruan “Brandy Basic”) dan Perl.
Untuk menggunakan Raspberry pi kita memerlukan operating
system (contoh OS : windows, linux,mac ,Unix) yang dijalankan dari SD card pad board Rasberrry
tidak seperti pada board microcontroller AVR yang selama ini kita pakai
tanpa OS . Operating system yang banyak dipakai antara lain
Linux distro Raspbian . OS disimpan di SD card dan saat
proses boot OS hanya bisa dari SD card tidak dari lokasi lain.
OS yang bisa di jalankan di Raspberry board antara lain
: Arch Linux ARM, Debian GNU/Linux, Gentoo, Fedora, FreeBSD, NetBSD, Plan
9, Inferno, Raspbian OS, RISC OS dan Slackware Linux.
Jadi dalam menggunakan microcomputer Raspberry Pi ini
kita seperti menggunakan PC yg berbasis linux plus yang
mempunyai input output digital seperti yang ada di board microcontroller.
BAB
III
METODE
PELAKSANAAN
3.1 Perancangan Sistem
Perancangan
sistem yang akan dibuat ini dibagi menajdi 2 yaitu hardware dan software.Tubuh manusia
merupakan sumber panas yang memancarkan radiasi energi berupa sinar inframerah
yang mempunyai panjang gelombang 6,5
sampai 14 µm pada suhu lingkungan 27oC (300 K). Apabila manusia
bergerak maka akan terdapat perbedaan antara temperatur yang dipancarkan tubuh manusia
dengan temperatur lingkungan di sekitarnya.
Perubahan
temperatur ini dideteksi oleh sensor pyroelectric (PIR) yang peka terhadap
radiasi inframerah. Selain sensor pyroelectric (PIR), terdapat juga sensor
cahaya (LDR) yang akan memberikan informasi tentang intensitas cahaya di dalam
ruangan. Informasi ini nantinya akan digunakan oleh mikrokontroler untuk
mengambil keputusan perlu tidaknya lampu dihidupkan meskipun sensor
pyroelectric telah mendeteksi kehadiran seseorang di dalam ruangan.
3.2 Desain Sistem Lampu
Otomatis
Dalam
pembuatan suatu alat, pada awalnya hal yang perlu diperhatikan adalah kemasan
yang menarik dan tidak memakan banyak tempat. Maka dalam pembuatan alat atau
sistem ini perlu didesain sedemekian rupa sehingga pengguna meletakkan dan
menggunakan alat secara mudah.
Adapun
Blok diagram dari sistem lampu otomatis ini sebagai berikut.
Blok
Diagram yang diatas dapat diketahui alur dari sistem tersebut yaitu pada awal
start dari sistem LDR akan melakukan pengukuran intensitas cahaya yang ada di
ruangan tersebut. Jika intensitas rendah maka seharusnya lampu menyala jika
intensitas cukup LDR tidak akan meneruskan untuk menyalakan lampu. Kemudian
setelah LDR mengecek intensitas ruangan, PIR sebagai sensor gerak atau untuk
mendeteksi kegiatan di ruangan tersebut melakukan pengecekan. Jika di ruangan
tersebut terdapat seseorang maka lampu menyala tetapi jika di dalam ruangan
tersebut tidak ada seseorang maka lampu akan mati dengan sendiri. Dengan
keadaan seperti yang akan dilakukan oleh pendeteksian LDR dan PIR maka akan diproses
dan dibuat programnya pada mikrokontroller Raspberry pi dan diolah sesuai
dengan tabel kebenaran yang telah ditentukan untuk membuat sistem tersebut.
Kemudian setelah diolah pada mikrokontroller, mikrokontroller akan mengaktifkan
relay jika akan menyalakan atau mematikan lampu. Relay berfungsi sebagai saklar
untuk menghubungkan mikrokontroller pada lampu di ruangan tersebut.
Dari
hasil uji coba yang dilakukan langsung pada Lampu otomatis ternyata hasil yang didapat
sesuai dengan yang diharapkan, dimana bila intensitas cahaya kurang mencukupi dan
terdapat aktivitas didalam suatu ruangan maka mikrokontroller akan memerintahkan
lampu penerangan ruangan tersebut untuk dinyalakan tanpa pengguna mencari-cari
Lampu yang ada didalam ruangan tersebut, begitu pula saatpengguna meninggalkan
ruangan tersebut maka dalam durasi yang telah ditentukan lampu penerangan ruangan
tersebut akan dimatikan secara otomatis, sehingga penghematan energi dapat
tercapai saat pengguna lupa mematikan lampu penerangan yang telah selesai
digunakan.
Tabel
Analisis Saklar Lampu Otomatis
No.
|
Sensor Cahaya (LDR)
Intensitas Cahaya
|
Sensor PIR
Aktifitas Ruangan
|
Lampu
|
1
|
Kurang
|
Tidak
Ada
|
Mati
|
2
|
Kurang
|
Ada
|
Menyala
|
3
|
Cukup
|
Tidak
Ada
|
Mati
|
4
|
Cukup
|
Ada
|
Mati
|
Setelah
berhasil melakukan analisis dari sistem tersebut. Sistem kemudian dibuat atau
dikemas seminimal mungkin dan menarik agar pengguna dapat menggunakan secara
aman dan nyaman. Sistem lampu otomatis ini diharapkan akan mengurangi
pemborosan energi dan dapat lebih efisien untuk menghemat energi yang dipakai
dalam kehidupan sehari – hari.
0 komentar:
Posting Komentar